Minggu, 28 Maret 2010

Cahaya Buat Ishya

Petualang 2 sahabat

Pagi yang cerah bagai tak tersentuh awan mendung sekali pun, di desa yang jauh dari kota besar menghiasi tepi pantai Galela,desa lalonga, senja yang mulai bermekar member pesona tersendiri bagi alam sejagat raya. Angin yang bertiup lembut memberi semangat arti yang dalam. Sedangkan burung-burung mulai berkicau merdu menyapa hari yang penuh kejutan hati bagi mereka yang terus mencari hidup.

Dalam lamunan ku yang menghilangkan jiwa di bawah sadar,

“ isya, isya…isya. Dimana kamu,… cepat kemari”. tiba-tiba ku di buyarkan oleh teriakan nenek tercinta, terbangun dari lamunan dan bergegas menuju arah suara yang memangilku.ketika asmpai ku dapati nenek sedang masak di dapur,

“ kemana saja kamu..,di pangil ngak dating-datang”, sapa nenek ketika melihat sosok tubuhku ada di depan matanya tak lama lagi nenek berujar ,

“ kapan akan selesai pekerjaan ini,..kita kan harus siap-siap untuk pergi mendaki”.

“ iya…iya..mami tercinta..”jawabku datar. bagiku nenek adalah ibu ke 2.aku lebih senang sapa nenek ku dengan sambutan mami. Sebenarnya pagi ini kami ancang-ancang untuk mencari suasana baru, apa lagi kalau bukan pergi mendaki bukit kecilku, nama bukit kecilku adalah bukit sari. Bukit yang di hiasi dengan panorama yang indah.

“ isya..yoh kamu pangil teman mu yang mau ikut kita mendaki” perintah mami ketika aku sedang kemas-kemas. Tidak lama menungu waktu lagi aku segera bergegas menuju rumah teman ku, sepanjang jalan ku menatap kesibukan yang lalu lalang di jalan. Sunyi tidak seperti di kota besar yang biasa di tinggali temanku. Terlihat ibu-ibu yang mulai sibuk dengan aktifitasnya.

“ akhirnya sampai juga…dia ada tidak y..” sepintas pertanyaan masuk dalam pikiran ku, ketika ku dampai di depan pintu teman ku.

“ iQa…iqaa…iqqq…kamu di mana” teriakan kecil keluar begitu saja dari mulutku, iQra adalah sahabat baruku yang baru kukenal tidak lama ini, dia baru pulang dari kota Manado dengan bermaksud liburan ke sini.

“ iyaa..iQ di sini”

“ ayo..kita harus cepat,nanti keburu siang loh”

“ iya.iya cerewet amat sih yang sabar donk ukhti1, iq kemas-kemas persiapan dulu..”(sambil berlari kecil kearah kamar).

“ isya tunggu sebentar ya..iq jangan di tinggal ,,”

“ iya…ukhti. Takut ni yee”,”huh,..ketahuan juga ni..” (gemuruh dalam hati kecilku)

Tidak lama kemudian iqa muncul dari balik pintu sambil membawa ransel yang cukup besar.

“ wao..wao,besar kali tasmu iq,apa aja isinya..,emang mau imigran ya heehe.”

“ enak aja, orang isinya cuman cipu2 ama baju sepasang…dasar jo,kerjanya cuman suka ngeledek aja,..ayo. cepat nanti telat”,teriak iq agak kesal.

Pelan-pelan kami berjalan menuju rumah ku di tepi sungai, sepanjang jalan terpikir oleh ku apa yang akan ku temui di sana, kami bertemu dengan beberapa masyarakat dan mahasiswa yang lain, ku coba untuk mengsajak ikut serta akan tetapi mereka sibuk katanya. Tidak lama dari itu kami di tegur oleh seorang ibu.

“ hei..iqa, mau kemana ? pulang..”sapa seorang ibu yang kelihatan tidak ramah

“ ngak cuman mau pergi ke rumah nenek ami, mau mendaki gunung”. jawab iqa ramah

“haha ngak salah mau naik, emang iqa mampu naik gunung…? Ngak usah iq nanti kamu celaka lagi !”(dengan nada melecehkan)

“ ah.. ngak kok..iqa sangup naik gunung, iqa kan kuat, lihat aja nanti..”

“ yah udah kalau gitu hati-hati kalau jalan ama nenek ami itu”. Ibu itu memperingatkan iqa, seolah-olah kami akan membunuh iqa.

Aku cukup sakit hati dengan itu, rasanya ingin segera ku lampiaskan kekesalan ku terhadap ibu itu dengan kata-kata yang sama menyakitkan, tapi singap iqa menahanku, dan memberiku isyarat kecil dengan senyumannya, aku mengerti maksud iqa, tampa berlama lama kami jalan lagi dan pamit sama ibu itu, dalam perjalanan menuju rumah pikiranku hanya pada kata-kata ibu itu, nenek aku di kampung ini sangat di takuti dan di benci , masyarakat salah paham tentang nenekku, mereka mengangap bahwa nenekku bersekutu dengan syetan padahan nenekku orang yang beriman dan beragama.

“ sudah lah…jangan di pikirkan sampai begitu, kita harus bersabar, ini pasti cobaan..kan tisa yang lebih kenal mami di banding mereka..” nasihat dari iqa membuat ku tenang, ternyata ia dapat memahami diriku, dalam hati aku sangat bersyukur kepada ALLAH SWT, karena telah mempertemukan aku dengan iQra.

“sudah jangan ngelamun dan murung terus,..sekarang saatnya kita tunjukan kepada mereka kalau kita bisa..”

“ ia..kita pasti bisa..hehee” kata-kata iqa membuatku lebih bersemangat.

Akhirnya sampai di rumah juga,

“ assalamualaikumwrwb…..” salam kami berdua kompak.

“ wa’alaikumslwrwb…” jawab mami datar.

“ udah mi, kita siap berangkat, jangan buang-buang waktu lagi.”

Udah di siapkan semua, skarang kalian isi perut dulu…tuh di dapur udah mami pisahkan sarapan kalian..”

Aku berlari kecil, menuju dapur dan menyerbu makanan di meja,memang aku udah lapar juga, sedangkan iqa sedang ngobrol did pan dengan mami aku, padahal sebelumnya mami yang tidak mengijinkan iqa ikut tapi berkat desakanku mami akhirnya mau juga, aku ingat ketika aku katakana sama iqa tempo hari tentang ketidak ijinan itu ketika kami ada bersama di rumah kakeknya iqa,

“ iqa, isa mau Tanya sesuatu,..andaikan kalau mami tidak izinkan iqa ikut gimana,..apa yang akan iqa lakukan”

“ iqa tidak mau, iqa ingin ikut,…iqa ingin dapat pengalaman dalam perjalanan ini….”

“ tapi kalau mami ngotot tidak mau izinin iqa ikut gimana ?”

“ yah udah apa boleh buat, terus klau isa gimana kalu iqa ngak jadi ikut..”

“ wah….jadi serulah isa bias main di air terjun, bias berenang, bias seluncur di atas air terjun dan bnyak lagi, yang jel;as pasti ngak seru kalau iqa sudah ikut..hahhahaha, pasti asyik”

“ huh dasar jo petega, kasih tingal pa iq juga…awas na ya..” gemerutu iqa dengan logat khas manadonya.

“ haha becanda ya, isa juga ngak bakalan pergi kalau iqa ngak ikut…,pastinya bakalan sepi deh tu hutan hahaha.” ngeledek aku , terlihat jelas iqa cukup kesal ku ledek tapi dia memang pandai menyembunyikan suasana hatinya. Makin gemas melihat wajahnya yang cantik dan lucu dengan senyumannya yang khas, “ ia dia memang cantik, cantik sekali, bukan hanya wajahnya tapi juga ahlak dan kepribadiannya, aku beruntung bisa berteman dengan dia, aku yakin dia adalah sahabatku yang dapat memberiku nasihat ketika ku salah”.pikirku dalam hati tentang keindahan yang ku lihat dari iqa, dia memang mahluk ALLAH yang indah, yang di kirim ALLAH untuk membimbing aku kembali kejalan yang benar.

“ isya…isya cepat kesini….”.aku tersentak dengan teriakan kecil iqa, membangunkan aku dari lamunanku tentang tempo hari itu.

“ ada apa iq, teriak gitu, emang ada yang kamu dapatkan”

“ ini lihat, puisi mamy bagus, bagus bangat..”.terlihat jelas di wajahnya ia begitu senang, sedangkan nenek melepaskan napas lega.

“ sudah cepat kita berangkat udah tinggi ne mentari….” Ajakku, setelah menyadari kalau kita udah keburu waktu. Perlahan ku raih persiapan yang ada dan membawanya.

Kami tapaki jalan kecil menuju punggung bukit, rerumputan bergoyang dengan syahdunya di pagi itu oleh tipan angina yang berhembus sepoi-sepoi, seolah mengantarkan perjalan kami ntuk berpetualang. Idak lama kemudian kami pun sampai di bawah bukit, dan beristirahat di sebuah gubuk yang tak lain adalah milik kami sendiri. Aku dan iqra langsung duduk beristirahat sedang mami dengan ka ima langsung menghampiri pohon buah mangga yang ada di sekitar kebun itu. Ternyata cukup banyak juga buahnya yang jatuh, tampapikir panjang aku langsung merebut tampa meminta samamami lagi dan menikmatinya.

“ hummmm,manis sekali rasanya…..,aba carikan lagi donk..” pintaku sama kakek.

“ ia, isya tunggu di situ saja, nanti aba carikan “ sahut kake, “ uh senangnya” guamam dari dalam hatiku

Setelah beberapa menit istrahat kami melanjutkan perjalanan kami ke bukit, dan tidak seberapa lama akhirnya tiba di pintu masuk menuju gunung itu, untuk sejenak mami menghentikan langkahnya dan mengisyaratkan untuk tenang dulu “ kita istirahat dulu di sisi, sebentar lagi baru kita lanjutkan “ tegur mami padaku, dalam hati ku berkata ini pasti bukan karena lelah tapI psti ada maksud yang lain.

Aku istirahat sambil bernyanyi kecil dank u coba menoleh pada iqra, ternyata ia sedang coba menikmati suasana alam yang jarang dia dapatkan itu selama di kota, ku mengamatinya lebih seksama, ia dia begitu menikmatinya hingga matanya ia pejamkan perlahan untuk menghirup udara yang segar ini.

Tidak lama kemudian kamipun melanjutkan perjalanan, kali ini mami yang di depan, kemudian ka ima, iqra dan aku, sedang yang terakhir adalah kakekku. Sebelum masuk kami harus melewati sungai kecil dulu untuk dapat sampai di jalan masuk hutan, dengan hati yang gembira dan degdegan aku langkahkan kaki dengan mantap, ini yang kesekian kalinya ku mendaki gunung kecilku setelah sekian tahun tak pernah mendakinya lagi, tapi bagiku kali ini berbeda karena ada orang yang ku bawa dan harus ku jaga siapa lagi kalau bukan si iqra teman baruku, dan bagi dia ini juga pertama kalinya mendaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar